
Life of Pi
Ada satu film yang sedang saya tunggu-tunggu dan sudah mulai tayang reguler di bioskop-bioskop hari ini: Life of Pi. Film ini bercerita tentang Pi Patel (diperankan oleh Suraj Sharma), seorang anak dari India yang dibesarkan dalam keluarga unik pemilik kebun binatang. Karena kondisi India yang nggak tenang, Pi dan keluarga harus pindah dari India ke Canada, dengan memboyong seisi kebun binatang milik mereka. Menumpang kapal kargo, mereka pun melakukan perjalanan laut dari India ke Canada. Dalam perjalanan, kapal tersebut karam. Pi berhasil selamat karena sempat melompat ke sekoci.
Tapi, dia nggak sendirian. Bersama Pi, ikut pula dalam sekoci, seekor zebra, orang utan, wolf tiger, dan harimau, mereka terombang-ambing di Samudera Pasifik. Di perjalanan, zebra dan orang utan menjadi mangsa si hewan buas. Dalam keadaan bingung dan panik, Pi harus memberanikan diri agar tetap selamat. Dia nggak mau jadi korban selanjutnya.
Life of Pi menggunakan cara bertutur. Pi dewasa yang diperankan oleh Irfan Khann mengisahkan kepada penonton pengalaman luar biasa yang dia alami di usia 16 tahun.
Seperti yang banyak orang telah ketahui, cerita dalam film fantasi ini merupakan hasil adaptasi dari novel berjudul sama, karya Yann Martel. Dalam versi novel, Life of Pi berhasil mendapatkan sambutan luar biasa. Laku sekitar tujuh juta kopi, plus memenangkan Man Booker Prize (award novel untuk penulis asal negara-negara Commonwealth) pada 2002.
Ang Lee sang sutradara mengaku ada hal yang spesial dari novel bikinan Martel. “It haunted me. Buku ini membangunkan sesuatu jauh di dalam hati saya, yang sangat ingin saya ekspresikan. Saya nggak bilang bahwa ini buku terbaik yang pernah ditulis (tertawa). Tapi, novel ini memancing keinginan saya untuk bisa membuat penonton merasakan apa yang saya rasakan ketika membacanya,” jelas Lee yang pernah mendapatkan Oscar sebagai sutradara terbaik lewat Brokeback Mountain.

Samudera Pasifik
Lee juga menyebutkan bahwa dia ingin isu filosofis dan pertanyaan mengenai keberanian dalam cerita ini tetap terjaga di film. Begitu juga dengan nuansa petualangan agar nggak berkurang dibanding novel. Karena itulah dia mau si harimau dalam film ini tetap terlihat seperti harimau betulan. “Orang pasti nggak mau kalau melihat harimau itu seperti hewan peliharaan. Hal yang sering terjadi di film, mereka membuat harimau lebih ‘manusiawi.’ Saya yakin hal seperti itu akan membuat pembaca novel Life of Pi kesal. Saya nggak akan membuat yang seperti itu.”
Dari hasil banyak tulisan mengenai Life of Pi, ada satu hal yang sering saya lihat, pujian untuk pemeran utamanya Suraj Sharma. Yang unik, Sharma mengaku belum pernah acting sekalipun sebelum Life of Pi. Jadi, film ini akan menjadi debutnya di dunia seni peran.
“Tiga bulan sebelum shooting, Lee men-train saya habis-habisan. Setiap hari dengan segala cara. Dia menghidupkan sosok Pi di otak saya. Sedikit demi sedikit, blok demi blok. Akhirnya, saya merasa Pi adalah bagian dari diri saya,” cerita Sharma. “Saya belajar yoga, meditasi, mengurangi berat badan, menaikkan berat badan, belajar berenang, gimana menahan napas, cara bertahan hidup di laut, memotong ikan…” tambahnya.
Life of Pi hadir di bioskop-bioskop dengan pilihan tampilan 3D. Mengingat film ini adalah film fantasi, kayaknya memang harus ditonton di 3D.
Have a nice weekend guys!
– The Toilet Post
Source: Berbagai sumber
Pingback: Daftar Nominasi Peraih Oscar |