It’s holiday season dan semua orang sedang dalam mood untuk liburan (yang nggak mood liburan, kasian deh). Kalau tentang liburan, Ni Dinda termasuk salah seorang yang paling seru untuk diajak ngobrol. Cewek yang suka berpakaian dengan warna-warna shocking ini punya cerita-cerita liburan yang antik. Begitu antiknya, Dinda beberapa kali pernah memenangkan kontes liburan berhadiah jalan-jalan gratis yang memberikannya pengalaman berenang bersama whale shark. Artikel Wedang Jahe ini dibuat sesuai dengan cara bertutur Dinda yang rrrr…. silakan dinilai sendiri.

Ni Dinda di kawasan Kepulauan Komodo
Kenapa sih lo suka traveling?
Traveling bisa membuat gue mendadak bergairah, geli membara, pipi merona bahagia dan idung kembang kempis tak beraturan!
Pekerjaan gue tuh stress level-nya tinggi, jadi traveling itu menjadi distraction. Kalo udah begah kerja, enaknya emang jalan-jalan. Menurut gue, membeli pengalaman itu lebih worth it, daripada membeli barang. Jadi urutannya: 1. Membeli pengalaman; 2. Membeli asuransi; 3. Membeli reksa dana dan obligasi; Baru 4. Membeli barang.
Traveling juga salah satu cara gue keluar dari zona nyaman tinggal di kota besar dengan segala kemudahan di dalamnya dan merasakan kehidupan yang lebih sederhana dengan penduduk lokal. Dari perjalanan yang semi backpacking, lo bisa lebih bersyukur kalo ngeliat hidup orang lain banyak yang lebih susah dari pada lo. Contoh, perjalanan gue kemarin dari Sibolga menyeberang menuju Nias. Gue naik kapal 10 jam dapet tiket seharga Rp 80.000. Bentukannya cuma dikasih kursi metro mini sebiji. Pas malem, orang-orang tidur gelimpangan di deket kaki gue, pake kertas koran bekas. Ibu-ibu pada bawa balita dan mereka bersatu dalam satu ruangan dengan bapak-bapak yang ngerokok non-stop. Ngeliat kayak gitu, lo jangan ngeluh lah nunggu busway lama di Jakarta atau cari taksi Blue Bird susah pas hari Jumat pulang kantor.
Dari traveling, lo dapet banyak temen baru. Dari pengalaman gue, penduduk lokal itu biasanya suka membantu banget. Mereka mau nemenin dan nganter-nganterin kita. Gue pernah gak sengaja kenalan sama penduduk lokal waktu traveling berdua sama temen gue selama 12 hari, dari Jakarta sampe Dompu (Sumbawa, Nusa Tenggara Barat). Dari kenalan di terminal bus di Surabaya itu, kita akhirnya ditemenin selama 12 hari. Bahkan sampai tinggal di rumah si penduduk lokal, ketemu seluruh anggota keluarganya, dan banyak mendapatkan kemudahan menuju suatu tempat. Usut punya usut, ternyata si penduduk lokal itu dulunya preman yang disegani. Jadi, kita naik bus kemana-mana bayarnya murah dan si penduduk lokal bahkan gak bayar!
Traveling juga memungkinkan kita untuk bisa ikut merasakan gimana cara hidup orang lain dan menyadari bahwa masih banyak daerah di Indonesia yang gak terjangkau air bersih dan listrik. Waktu ke Kaimana, gue dan temen-temen explore desa-desa di sana. Rata-rata saat malam tiba di desa-desa itu, gue tidur dalam gelap karena listrik atau genset hanya dinyalakan sampai pukul sembilan malam. Air bersih juga minim. Gue pernah dua hari dua malem gak mandi. Tapi hal-hal kayak gini justru menyadarkan gue bahwa kehidupan gue di Jakarta tuh udah enak banget dan nyaman banget. Jadi begitu kembali ke Jakarta, lo akan sangat merasa bersyukur.
Ditanyain satu pertanyaan, jawaban lo panjang bener yah… Oke, dari daerah yang pernah lo jelajahin di Indonesia, mana yang paling lo suka dan kenapa?
Waduh, ya.. beberapa sih udah pernah gue datengin, tapi masih banyak yang belom. Kayaknya sebulan sekali traveling pun, waktu gue gak cukup untuk jalan-jalan keliling Indonesia!! Semuanyaaa gue sukaaa!!! #maruk
Sebenernya, menurut gue ada yang lebih penting dari pada destinasi jalan-jalannya, yaitu TEMAN SELAMA TRAVELING. Ini bener-bener ngambil point tertinggi dari seluruh perjalanan yang gue pernah lakuin. Ke vila di Puncak (Bogor) doang, kalo lo pergi sama temen yang sehati sejiwa saling pengertian ya jadinya akan super fun!
Tapi kalo boleh milih, gue paling suka perjalanan 12 hari Jakarta sampai Dompu akhir tahun 2009 dan ke Pulau Komodo tahun 2011. Trip Jakarta-Dompu menjadi pengalaman yang gak bisa gue lupain karena perjalanannya banyak memacu adrenalin. Gue banyak melakukan sesuatu dengan cara yang gak biasa (Di bawah akan dijelaskan gimana serunya perjalanan di Dompu). Sementara ke Pulau Komodo menjadi menyenangkan karena teman-teman seperjalannya asik parah. Jadi selama perjalanan kita banyakan tertawa sampe rahang jadi sakit! Tentunya terlepas dari lokasi Kepulauan Komodo yang pemandangannya mewah banget.
Lo kan beberapa kali sempat bisa jalan-jalan gratis… Gimana sih caranya biar bisa menang kuis begituan? (Ini sebenarnya pertanyaan yang lebih berguna buat gue pribadi, karena gue ikut kuis-kuisan begini nggak pernah menang).
Be different!! Be adventorous!! Waktu gue interview ACI (Aku Cinta Indonesia, kontes traveling gratis dari Detik.com), gue bilang, “Gue pengen ke Papua, tapi bukan ke Raja Ampat! Gue bosen maen di pantai, gue pengen masuk hutan dan ketemu suku pedalaman di Korowai Kombai.”
Bukannn maennn jawaban gue saat itu.. Padahal, gue naek gunung aja kagak pernah. Waktu SMA dan kuliah bukan anak pecinta alam. Sleeping bag aja kagak punya! Apalagi pacar! (kok?) Tapi gak pa-pa, pokoknya be different aja! Pilih destinasi yang aneh-aneh, yang terpencil. Jangan lo bilang lo pengen banget ke Danau Kakaban (Kalimantan Timur) untuk berenang sama stingless jellyfish, tapi bilang lo pengen nemuin danau stingless jellyfish di Togean (Sulawesi Tengah). Bilang lo pengen ngeliat orang utan dan ngerasain tidur di klotok di Kalimantan. Bilang lo pengen maen sandboarding di Jogja. Bilang lo pengen berenang sama whaleshark di Teluk Cenderawasih. Pengalaman yang lo inginkan kudu bin harus berbeda dari orang kebanyakan. Karena dengan begitu, saingan lo akan dikit.
Apalagi ya? Selain itu mungkin track record jalan-jalan lo harus menarik. Tempatnya mungkin aja sama kayak orang lain, tapi cara lo ke tempat tersebut atau pengalaman lo selama di perjalanan, itu kudu berbeda dengan orang lain.
Saat interview ACI, gue juga bilang bahwa menuju Pulau Satonda (Nusa Tenggara Barat), orang kebanyakan naik kapal dari Sumbawa, tapi gue enggak! Gue menuju Dompu terlebih dahulu, setelah itu disambung naek motor tiga jam jalan berbatu di bawah terik matahari jam 12 siang dengan pemandangan indah Gunung Tambora. Setelah motoran, masih harus naik speedboat selama 20 menit-an. Pulangnya gue naek motor 3 jam lagi, bahkan gelap-gelapann karena udah lewat jam 6 sore. Dan, berakhir dengan tidur semaleman di dalam mobil di kaki gunung Tambora gara-gara mobilnya kehabisan bensin dan kita gak bisa menuju kota. Gue juga menceritakan gimana rasanya ke Pulau Moyo naik kapal kayu malem-malem dari Sumbawa dan tidur di rumah kepala desa di Pulau Moyo.

Di Kuburan Desa Terunyah, Komodo … You know, right…?
Ceritain dikit dong tentang rencana traveling lo bareng ACI itu?
Gue itu menang jalan-jalan gratis dengan tujuan Korowai-Kombai. Satu tim terdiri dari tiga orang ditambah seroang pendamping. Jadi, total kita berempat. Tim gue yang dua orang lagi adalah cowok dan anak gunung sejati. Pendamping gue juga cowok. Sementara gue, anak pantai abis, naik gunung kagak pernah kecuali gunung kembar emak gue. Korowai-Kombai itu ada di dataran rendah pedalaman Papua, kita kesana karena pengen ngerasain tidur bersama suku yang masih tinggal di atas pohon dan kabarnya suku ini dulu kanibal. Rumah pohon mereka letaknya bahkan yang paling tinggi bisa mencapai 30 meter.
Menuju Korowai-Kombai, kita harus terbang ke Jayapura, kemudian melanjutkan penerbangan ke Wamena. Dari Wamena, perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri sungai dan trekking masuk hutan selama kurang lebih dua hari. Yoiiiiiii, biasanya dua hari keliling Senayan City, sekarang dua hari nyusurin sungai masuk hutan dan rawa-rawa berlumpur.
Sayangnya, saat kami tiba di Jayapura, penerbangan ke Wamena banyak di-cancel. Empat pesawat yang melayani penerbangan Jayapura-Wamena nggak beroperasi karena pesawatnya rusak. Kami menunggu hingga lima hari di Jayapura, tapi tetap nggak dapat tiket. Saat itu, tepat di hotel tempat kami menginap akan diadakan Kongres Rakyat Papua, sehingga atas dasar keselamatan kami dipulangkan kembali ke Jakarta dan destinasi kami diubah menjadi Biak-Nabire-Kaimana.
Selama 14 hari kami eksplor Biak-Nabire-Kaimana yang mana semuanya adalah destinasi pantai. Saat itu, celana cargo dan gaiter yang khusus gue beli untuk trekking masuk hutan menjadi nggak berguna. Berganti dengan baju memantai. Menyenangkan jalan berempat bersama tim dan pendamping. Susah sama-sama, laper sama-sama, haus sama-sama, gak mandi dua hari dua malem juga sama-sama!
Pengalaman paling menyenangkan adalah saat kita bisa berenang bersama whaleshark di Teluk Cendrawasih. Whaleshark tersebut panjangnya bisa mencapai tiga metro mini dijejerin. Tapi, mereka sangat jinak dan hanya memakan ikan teri.
Pernah nggak ketemu jodoh (atau yang lo anggap jodoh) waktu liburan? Kalau pernah, jelasin ceritanya dikit. Kalau nggak pernah, ya udah lah nggak usah dijelasin.
Sebenernya gue ngerasa klik banget waktu ketemu gajah di Tangkahan (Sumatera Utara). Mendadak deg-deg an abis! Tatapan matanya tuh sendu dan baik. Gue bisa merasakan sifatnya yang dewasa dan mengayomi! Bwahahaha
Yah, kenalan-kenalan sama local guy sih ada, tapi hingga saat ini masih gitu-gitu aja. Mungkin gue harus traveling sendirian ke Ostrali untuk langsung go international kali yaaa.. Kulit sih udah cokelat-susu-manis-gak-pait giniii.. Doa-in ya bok, supaya gue enteng jodoh, sehat walafiat dan panjang umur. Pokoknya happy birthday dan happy new year deh ya..
(Bersambung – Baca tip dari Ni Dinda tentang mempersiapkan traveling supaya berkesan dan cara menghubungi dia di sini).
– The Toilet Post
Pingback: Tip Traveling: Persiapan Boleh Ambisius, Sisanya Nikmati Moment |