Underground Secret Dining: Acara Makan-Makan Sederhana tapi Kaya
Underground Secret Dining atau biasa dikenal dengan nama USD sudah ada di Jakarta sejak 2009. Beberapa minggu lalu, USD mengadakan acaranya yang ke-35 sekaligus merupakan seri finale dari rentetan event makan-makan itu. Saya dapat kesempatan untuk ikut acara yang sangat humble tapi “kaya” ini.
Ada makanan apa saja? Mengapa Underground? Mengapa Secret? Mengapa sudah berakhir?

Berebut makanan di USD
Suatu hari, saya diajak oleh seorang teman, Fara Faya, untuk ikutan acara Underground Secret Dining. Entah kenapa, sebelum tahu acara apa yang dia maksud, tapi saya langsung tertarik dengan penggunaan kata Underground dan Secret.
Fara kemudian menjelaskan, “Acaranya rahasia. Jadi, kita harus registrasi dulu, dan nanti mendekati acara, kita akan dikasih tahu harus ngumpul di mana. Nanti, di sana udah ada berbagai makanan pakai tema tertentu. Terus kita bisa ngobrol-ngobrol sama tukang masaknya. Kata temen gue, makanannya selalu enak-enak.”
Selesai. Dengan mendengarkan penjelasan sekilas Fara itu, saya langsung mengiyakan untuk ikut. Kebetulan Fara sudah registrasi untuk dua orang, yang kemudian baru saya ketahui bahwa banyak orang ditolak ketika ingin mendapatkan “tiket” USD karena ada batasan maksimum peserta. Lucky me. Thanks, Fara! :*
USD dipelopori oleh Lisa Virgiano. Dalam salah satu obrolan dengan Wall Street Journal, Lisa menceritakan alasannya kenapa acara ini menggunakan konsep ‘rahasia.’
“People are intrigued and excited by secrecy,” said Lisa Virgiano, who started her Jakarta supper club in 2009 in an effort to bring Indonesian home cooking to urbanites and expatriates. “Most young people don’t have any interest in trying traditional flavors unless you can create some hype,” she said. – Full article click here

Sebelum mulai makan, minum jus timun khas Aceh ini dulu yah! Bagus untuk menggelontorkan lemak yang akan masuk ke perut :p
Singkat cerita, sampailah ke hari H acara. Peserta diminta berkumpul ke Graha Toorak di kawasan Kemang Timur. Saya datang kepagian, dan baiknya saya bisa berkenalan dengan para chef dan penyelenggara acara itu. Para chef di sana nggak selalu yang punya nama besar, tapi punya kecintaan besar dengan memasak. Hal ini membuat acara yang sederhana jadi makin hangat.
Contohnya, Ibu Lena pemilik Rumah Makan Handayani. Ngobrol dengan Bu Lena rasanya seru sekali. Padahal, yang dibahas adalah cabe. Bu Lena bisa menjelaskan berbagai cabe di Indonesia, baik dari segi rasa, warna, bentuk, juga fungsinya di makanan. Mendengar dia cerita bisa menggambarkan betapa Bu Lena punya passion yang begitu besar ke makanan. Ada juga Stella yang punya Rumah Asap di kawasan Sunter. Keinginannya untuk bisa membuat sosis sehat buat anak-anak yang mengawali berdirinya Rumah Asap. Dan, rasanya yummy!!

Lisa (tengah) dan Bu Lena (kanan) berbincang dengan salah seorang peserta yang tampaknya sudah sering ikutan USD.
Kemudian acara pun dimulai. Lisa Virgiano meminta seluruh peserta duduk di kursi yang disediakan. Lisa bercerita mengenai USD yang sudah dilaksanakan 35 kali di Jakarta. “Kali ini adalah seri terakhir dari USD, tapi saya berharap teman-teman tetap terus melanjutkan berbagi tentang kekayaan makanan Indonesia,” ujar Lisa.
Hari itu, karena merupakan seri terakhir, “Chef yang diajak pun adalah yang tergolong best of the best dan banyak difavoritkan peserta dengan daftar tunggu paling panjang,” cerita Lisa. Para chef masing-masing punya meja sederhana sebagai booth untuk menyediakan makanan. Dan semua peserta bebas memakan semua yang ada di sana.
Yuk, lihat makanannya apa saja…
Untuk appetizier, ada Empal Gentong, Sosis Sehat, dan Bubur Pedas.

Empal Gentong. Kuahnya dimasak di gentong. Bikin ketagihan!
Empal Gentong adalah makanan asal Cirebon yang mantap. Awalnya, saya pikir Empal Gentong adalah makanan yang digoreng. Ternyata, bukan. Makanan ini mirip soto bersantan dengan lauk daging serta jeroan. Rasanya luar biasa! Makanan ini adalah bikinan Bu Lena dari RM Handayani di kawasan Matraman. Tapi, “Makanan ini nggak tersedia di restoran. Saya buat khusus untuk acara ini saja. Tapi, kalau pesan memang bisa,” ujar Bu Lena. Rasanya, enak sekali. Santannya nggak terlalu pekat sehingga memang cocok untuk makanan pembuka.

Bubur Kalimantan Barat yang kaya rasa…
Selain Empal Gentong, Bubur Pedas yang disiapkan oleh Lisa juga mantap. Berbeda dengan Bubur Ayam yang berwarna putih, Bubur Pedas asal Kalimantan Barat ini penuh warna. Tampilannya mungkin nggak biasa untuk kita, tapi rasanya luar biasa. Bubur ini dibuat dengan kaldu sapi dan berbagai macam sayuran, karena itulah rasanya jadi sangat kaya.

Sosis sehat dari Rumah Asap

Jajaran ikan yang siap dimakan bersama saus tauco khas Tangerang yang gurih…
Berikutnya, ada Ikan Cheng Cuan Tangerang bikinan Pak Ajah. Beliau nggak punya rumah makan, tapi menerima pesanan makanan dan bisa dipanggil untuk jadi juru masak. Masakannya mantap menggunakan bumbu tauco khas Tangerang plus jahe. Saya dengar dari peserta lain, Pak Ajah juga jagoan membuat sate!

Pecel dengan bumbu wijen yang nikmat
Rumah Makan Dapur Solo juga mengikuti acara ini. Ibu Suwandani, sang pemilik restoran, datang dengan membawa menu Menu Pecel. Tapi, pecel yang dibawa Bu Suwandani nggak biasa. Sebab, sambal kacangnya ditambahi dengan wijen. Dari warna, memang terlihat lebih gelap daripada pecel biasa, dan rasanya pun berbeda. Sedikit lebih manis dan gurih. Enak sekali!

Dendeng Kerbau Toraja. Salah satu favorit!
Dari Toraja juga ada perwakilan makanan yang hadir. Yaitu, Dendeng Kerbau. Rasanya juga sangat mantap. Toraja dikenal dengan makanannya yang pedas, dan begitulang rasa Dendeng Kerbau ini. Saya ketagihan sama Dendeng Kerbau ini. Dan… seperti yang saya ceritakan di awal, di booth ini juga tersedia cabe yang superpedas asli dari Toraja. “Cabe Katokkon ini pernah disebut sebagai cabe paling pedas nomor dua di dunia. Jadi, kalau teman-teman mau mencoba, silakan,” ujar Lisa di awal acara.
Saya mencoba cabe itu sedikit saja, cuma seujung jari, dan brrr… pedasnya langsung sampai ke ubun-ubun. Keringat langsung menetes dari kepala saya. Dahsyat!

Cabe Katokkon yang pedasnya fenomenal itu. Berbentuk agak bantet.
Setelah makanan-makanan mantap di atas, saya tentunya nggak lupa mencoba salah satu menu spesial harin itu: Lempah Kulat dari Bangka. Lempah Kulat adalah jamur yang hidup liar di Bangka dan sudah sangat langka. Dia hanya hidup di bawah pohon-pohon tertentu. Begitu langkanya, jamur ini dijual dengan harga Rp 1,5 juta per kilogram. Di booth ini, Lempah Kulat disajikan bersama gulai ayam. Lempah Kulat punya rasa dan tekstur yang spesial. Lebih kenyal dan punya rasa yang manis. “Kalau masak pakai Lempah Kulat, kita nggak perlu pakai terlalu banyak bumbu lain. Rasa Lempah Kuatnya saja sudah sangat enak,” kata seorang Bapak yang ada di booth tersebut. Unfortunately, saya belum sempat berkenalan.

Lempah Kulat yang dimasak bersama ayam… Kalau nggak di USD, mungkin saya nggak sanggup beli 😀
Saya sangat puas dan merasa beruntung karena bisa hadir di acara USD yang terakhir. Dan, untuk mengobati rasa ingin tahu, saya pun tanya ke Lisa, mengapa acara ini harus berakhir. “Besok (8 Juli), saya pindah ke Jogjakarta. Tinggal di pinggiran kota, mau mencoba bertani,” jawab Lisa.
Berita baiknya, walau USD berakhir, Lisa masih berencana untuk membuat acara lain. “Konsepnya akan berbeda, jadi teman-teman bisa menunggu kabarnya dari Facebook kami di Azanaya,” katanya.
Yeay! Semoga acara itu cepat bisa diadakan lagi. Dan, good luck buat Mbak Lisa yang mau bertani tanaman-tanaman dan sayuran langka di Jogjakarta 🙂
Link penting:
– Walau acara sudah berakhir, silakan melihat milestones USD di sini. Saya malu baru tahu tentang acara ini belakangan :p
– Untuk bisa tahu nama-nama chef yang hadir di USD, silakan like Facebook page Azanaya di sini. Teman-teman di sana pasti akan dengan senang hati membantu.
– The Toilet Post
Penasaran karena akhirnya USD berakhir dan aku gak sempat coba…. You’re so lucky!
Btw melihat FB nya Azanaya, ada yang nyariin post ini dalam bahasa Inggris, – mungkin kamu bisa bikin jadi dua bahasa kalau niat hehehe..
Hehehe. Iya Nath. I am so lucky.
Pengen sih nulis jadi dua bahasa, tapi suka malu sama tulisan bahasa Inggrisku yang masih ngaco :p
Review tentang acara USD yang overall udah banyak sih dalam bahasa Inggris, tapi mungkin kalo dari event terakhir kemarin belum ada..
:p
gue sempet dua kali! hihihi Lisa Virgiano has a thing for food…. admire her!! one of my college friends that inspires people…
She is inspiring person indeed. Sekarang dia mau ke desa buat bertani, gue makin ngefans sama dia, Tob! 🙂
Pingback: [BLOG REVIEW] Underground Secret Dining Finale : July 7, 2013 | undergroundsecretdining
USD, sederhana tapi kaya