Sudah setahun setengah saya mengumpulkan postcard dari banyak tempat. Yang menjadi alasan pertama kali adalah karena pernah mendengar mitos tentang postcard: berharap bahwa postcard yang saya terima dan dikirim langsung dari lokasi asalnya akan membawa saya untuk bisa ikut berpetualang ke sana.

Postcard dari Gigih, kembali ke Pantai Lovina, lokasi foto itu berasal. 🙂
Sudah selama itu mengumpulkan postcard, baru akkhir tahun lalu saya bisa mewujudkan postcard trip pertama, ke Lovina, Bali. Postcard dari Lovina ini dikirimkan oleh sahabat saya Gigih Rahmatika, yang sekarang menjadi guide, khususnya untuk turis-turis dari Perancis di Bali. Serunya lagi, postcard trip pertama itu saya jalani langsung bersama si pengirim. Yeay!

Postcard Trip pertama bareng pengirim postcard, Gigih 😀
Pagi-pagi sekali persis setelah matahari terbit, Gigih dan saya sudah siap di Pantai Lovina untuk menumpang kapal kayu, melihat lumba-lumba yang hidup bebas. Tidak ada yang tahu pasti di mana lokasi si lumba-lumba. Maka kapal-kapal itu pun bertebaran di sejumlah titik. Begitu ada serombongan lumba-lumba muncul, kapal-kapal akan bergerak menuju titik itu.

Foto dulu Bli…
Jangan membayangkan lumba-lumba ini akan bisa dilihat dengan mudah berlompatan seperti adegaan-adegan di program TV. Itu bisa kita lihat kalau sedang sangat beruntung.
Saya agak cukup beruntung karena ketika sedang melihat kapal-kapal lain, tiba-tiba muncul segerombolan kecil lumba-lumba di sisi kanan kapal. Mereka melompat kecil dua-tiga kali, sebelum kembali masuk ke dalam air, dan pergi menjauh.
Begitu mengejutkan penampakan si lumba-lumba, sampai saya tidak sempat merekam gerakan mereka. Tapi, apa yang direkam oleh mata dan ingatan, lebih meninggalkan perasaan excited di hati. (Lihat video dari trip ke Lovina di akhir tulisan ini)
Bonus: Air Terjun Aling-Aling
Selain mewujudkan postcard trip pertama, saya juga mendapat bonus diajak oleh Gigih untuk bermain di air terjun. Ada banyak air terjun di Bali, dan pilihan kami jatuh ke nama yang belum terlalu populer dibandingkan “teman-temannya”. Nama air terjun ini Aling-Aling, masih di Buleleng. Di kawasan itu, ada empat air terjun dengan tinggi yang berbeda-beda.

Aling-Aling yang cantik dengan dua sumber air di puncak air terjun.
Dari empat itu, hanya Aling-Aling yang sudah punya nama, mungkin karena air terjun ini paling tinggi dan cukup unik karena puncaknya terbagi menjadi dua. Di bawah Aling-Aling ada cekungan luas. Dulunya, pengunjung diizinkan berenang. Tapi, sekarang tidak lagi dengan alasan keamanan.
Turun dari Aling-Aling, kita bisa melihat air terjun kedua. Tingginya sekitar 8-10 meter. Di sini, pengunjung boleh bermain sliding alias perosotan alami. Dengan ditemani guide lokal, kita akan diminta duduk di puncak air terjun. Lalu, setelah merebahkan diri, arus air yang kencang akan mendorong kita turun… dan BYUR! Kita akan langsung meluncur ke “kolam” segar. Rasanya seru sekali, walau jantung dag-dig-dug karena harus memasrahkan diri ke alam.

Air terjun kedua. Di sini, pengunjung bisa memacu adrenalin dengan bermain perosotan alam (sliding)
Di area ini, kita juga boleh free jump! Bukan dari air terjun, tapi dari tebing di seberangnya. Begitu juga di air terjun ketiga, kita juga bisa lompat bebas. Yang lebih bikin deg-degan, di sini ketinggiannya sekitar 10-12 meter. Karena ketinggian itu juga, di area ini kita dilarang sliding.
Air terjun ke empat sayangnya belum dapat diakses. Satu-satunya akses adalah dengan melompat sejauh sekitar 20 meter. Kalaupun tidak dilarang, saya sih terima kasih deh! :p
Puas berenang dan memacu adrenalin dengan sliding dan free jump, kita akan kembali ke lokasi pintu masuk air terjun dengan melewati kebun dan sawah warga. Pemandangan yang serbahijau dan udara yang segar menyeimbangi rasa capek karena harus melewati ratusan anak tangga. (*)
Video trip ini:
Tips di Aling-Aling
- Cara ke Aling-Aling, baca link ini
- Pastikan negosiasi dengan guide lokal di awal untuk fee mereka. Ketika itu, biaya untuk menemani berkeliling dan sewa safety vest adalah Rp 75 ribu per orang
- Saran dari guide, ketika melakukan sliding ataupun lompat bebas, jangan bawa kamera (termasuk GoPro). Menurut si guide, sudah ada banyak kamera jadi korban tenggelam di dasar sungai dan tidak bisa diambil karena terlalu dalam
- Dengarkan baik-baik saran dari guide lokal tentang kemana arah harus berenang setelah sliding dan free jump, demi keamanan. Di salah satu titik sungai, menurut mereka terdapat pusaran yang harus dihindari
I believe in The Myth of Postcard. Do you want to help making my dream comes true by sending me a postcard or two, while you are traveling? Please send me an email to aziz.hasibuan@gmail.com.
Pingback: Postcard from Gigih: Lovina, Bali | Casual Hopper