
I wonder how fun it is to spend the night on Nashville’s Broadway.
Pesawat yang membawa kami terbang dari O’hare International Airport di Chicago mendarat dengan guncangan ringan di Nashville International Airport. Ini adalah penerbangan lokal terakhir saya dan teman-teman di Amerika Serikat. Selebihnya, kami sudah menyewa mobil untuk melanjutkan perjalanan dengan road trip dari Nashville di Tennessee hingga ke New York City selama lima hari.

Elivis Presley merekam album pertamanya di Nashville.
Turun dari pesawat, kami segera menyusuri bandara menuju ke sudut persewaan mobil Dollar Rental Car. Kami hanya akan menghabiskan waktu kurang lebih tiga jam di Nashville karena harus segera meluncur ke Great Smoky Mountain, tempat perhentian pertama dalam road trip ini.
Seorang ibu-ibu berusia sekitar akhir 40 tahun menyambut kami dengan senyuman hangat di counter tersebut. Badge di kemejanya bertuliskan Susann. Setelah tuntas mengurus berbagai kebutuhan untuk mengambil mobil sewaan, kami bertanya pada dia tentang Nashville, “We have only three hours in Nashville. Do you have any suggestion where we have to go?”
“For only three hours, definitely Broadway.”
Saya mengeluarkan ponsel dan membuka aplikasi peta. Kemudian mengetikkan “Broadway.” Aplikasi tersebut kemudian merujuk satu area. “Is it the right location?” tanya saya sembari menunjukkan ponsel.
Susann yang ekstra ramah memasang kacamatanya. “Yes, exactly. That is the main area. You will not miss it, cause it’s Broadway!” ujar Susann sembari mengangkat alisnya meyakinkan dan meninggikan suara di kata ‘Broadway’.
Dalam perjalanan ke Amerika Serikat kali ini, saya terbang masuk melalui New York City. Untuk pertama kalinya, saya bisa mengunjungi Broadway yang legendaris di sana. Dengan pengalaman di NYC tersebut, ditambah dengan cara Susann menjelaskan, maka sudah terbentuklah di angan-angan saya tentang Broadway di Nashville.
*
“You have reached your destination.” Suara perempuan di aplikasi peta saya sudah menyaringkan kalimat ini, tapi kami seperti sedang berada di satu kawasan pertokoan dan restoran. Tidak ada billboard-billboard besar LED, tidak ada lampu warna-warni yang siap berkilauan saat malam hari. Yang ada hanyalah deretan toko sepatu boots yang berseling dengan bar, restauran, dan sesekali diselingi toko pakaian atau souvenir.
“Are we at the right location?”
“I think so. Let’s find the parking lot,” jawab teman saya.

Making Bold Hat since 1895: Goorin Bros

Di mana-mana pakai sepatu boots…

…and another Boots.
Maka dimulailah perjalanan kami menyusuri Broadway ala Nashville. Ternyata, Broadway di sini jauh dari angan-angan saya sebelumnya. Nashville dikenal sebagai Music City dan Home of Country Music. Karena itu tidak heran bahwa kita akan dengan mudah menghirup udara Country music di sepanjang Broadway. Di pinggiran jalan, kami bertemu musisi-musisi bersepatu boots dan topi koboi menyanyikan lagu-lagu Country. Toko-toko pun berjualan berbagai pernak-pernik bernuansa sama. Walau hari masih siang dan jalanan masih sepi, bar-bar sudah buka dan menampilkan live performing music show. Walau berbeda, Broadway ala Nashville yang humble tetap menarik untuk dijenguk.

Mike’s Ice Cream Fountain yang ternyata termasuk kedai es krim terkenal. Banyak musisi pernah mampir ke sini. Termasuk duo Lennon and Maisy.

Free-flow!
Setelah berkeliling sejenak dan memakan es krim di salah satu kedai, secara random kami memutuskan untuk berhenti di satu bar bercat dinding ungu dengan tulisan Tootsies, yang ternyata adalah nickname dari bar bernama lengkap Tootsie’s Orchid Lounge itu. Begitu sampai di dalam, kami langsung disambut nuansa hangat musisi yang sedang memainkan lagu-lagu country di depan para pengunjung bar yang jumlahnya tidak sampai 30 orang. Dari cara musisi-pengunjung ini berinteraksi, tampaknya mereka sudah sering mampir ke Tootsies. Beberapa bahkan kemudian ikut naik ke atas panggung untuk berjoget sambil menabrak-nabrakkan tambourine ke pinggul.

Yang saya suka dari Tootsies adalah perasaan hangat di antara ramainya pertunjukan musik.
Dinding bar ini dipenuhi dengan foto-foto usang musisi terkenal yang tidak saya kenal, beberapa dibubuhi tanda tangan: Freddy Fender, Willie Nelson, Mel Tillis, dan masih banyak lagi. Foto-foto ini membuat saya penasaran dan meng-google tentang Tootsies. Ternyata, bar ini berumur 55 tahun dan sudah lama menjadi saksi perjalanan musik Country di Nashville. Willie Nelson mereka sebut mendapatkan pekerjaan sebagai penulis lirik lagu untuk kali pertama setelah manggung di Tootsies.
Di sini, kami duduk sekitar satu jam untuk menikmati band yang sedang manggung. Sebelum pergi, kami menunggu mereka tuntas menyanyikan lagu Wagon Wheel, pengiring kami melanjutkan road trip pertama di Amerika Serikat.
So rock me momma like a wagon wheel
Rock me momma any way you feel
Hey momma rock me
Oh, rock me momma like the wind and the rain
Rock me momma like a south bound train
Hey, hey momma rock me (*)
Baca juga:
keren2 ya…thanks gan udah bebagi..
Terima kasih sudah mampir 🙂 Jangan lupa subscribe blog lewat email yah 😄